JAKARTA, suryametro.id – Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan lomba mural Polri terinspirasi dari penghapusan sejumlah mural yang mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo oleh polisi beberapa waktu lalu.
Listyo mengatakan gelaran lomba mural tersebut ditujukan untuk membuktikan bahwa Polri tidak anti terhadap kritikan warga.
“Ide ini muncul dari diskusi, karena muncul peristiwa 404 presiden Jokowi Not Found. kemudian ada aksi-aksi di lapangan yang menjadi polemik, ada yang menghapus, ada juga yang membiarkan,” kata Listyo saat membuka lomba mural di Lapangan Bhayangkara, Mabes Polri, Sabtu (30/10).
Listyo mengatakan pihaknya memberikan kebebasan berekspresi kepada para peserta yang ikut dalam kompetisi itu sebagai wadah menyalurkan aspirasi masyarakat terhadap pemerintah dan jajaran Polri.
“Jadi kali ini kita sampaikan bahwa pemerintah, polisi tidak anti kritik. Dan tentunya itu jadi bagian evaluasi kami untuk jadi lebih baik,” kata Listyo.
Sebelumnya Kapolri juga mengatakan bahwa jika ada masyarakat yang memberikan kritik baik negatif maupun positif kepada Polri dalam bentuk mural, akan menjadi sahabat Kapolri.
“Kalau itu gambarnya paling pedas, itu juga akan kami terima. dan saya jamin yang berani menggambar seperti itu akan jadi sahabatnya kapolri, jadi temannya kapolri,” kata Listyo.
Polri menggelar lomba Bhayangkara Mural Festival 2021 – Piala Kapolri diikuti oleh 80 tim pemural yang berhasil lolos seleksi dari total 803 pendaftar di seluruh Polda se-Indonesia.
Acara ini menjanjikan total hadiah hingga Rp50 juta untuk pemenang pertama dan jutaan hadiah bagi pemenang lainnya.
Seni mural memang sempat menjadi polemik setelah sejumlah lukisan jalanan berisi kritikan terhadap pemerintah di hapus oleh polisi beberapa waktu lalu.
Sekitar Agustus lalu, mural wajah mirip Jokowi dengan mata tertutup tulisan 404: Not Found berlatar merah menjadi sorotan.
Mural itu tergambar di sekitar wilayah Batuceper, Tanggerang, hingga akhirnya dihapus oleh aparat gabungan. Polisi bahkan mencari sang seniman yang menggambar mural tersebut.
Sejak itu, pihak berwenang getol menghapus mural berisi gambar kritikan terhadap pemerintah di kawasan DKI Jakarta dan sekitarnya.
Aparat di berbagai kota turut menghapus street art atau seni jalanan lain seperti grafiti dan mencopot baliho yang memuat kritik terhadap pemerintah.
Pakar hingga seniman pun menganggap tindakan penghapusan mural itu menggambarkan sikap pemerintah yang semakin represif terhadap kritik dan perbedaan pendapat.