16 Staf PBB Ditahan di Ethiopia, Disebut Dukung Pemberontak

68 views
Sebuah tank rusak selama pertempuran antara Pasukan Pertahanan Nasional Ethiopia (ENDF) dan Pasukan Khusus Tigray berdiri di pinggiran kota Humera di Ethiopia 1 Juli 2021 Foto diambil 1 Juli 2021. REUTERS/Stringer

JAKARTA, suryametro.id – Sebanyak 16 staf Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB ditahan di Addis Ababa, ibu kota Ethiopia. Menurut juru bicara PBB Stephane Dujarric pada Selasa, 9 November 2021, penahanan dilakukan di tengah laporan penangkapan yang meluas terhadap etnis Tigrayan.

“Kami secara aktif bekerja dengan pemerintah Ethiopia untuk memastikan pembebasan mereka,” kata Dujarric kepada wartawan di New York.

Dia menolak menjawab pertanyaan tentang etnis staf PBB yang ditahan. “Ini adalah anggota staf PBB, mereka orang Etiopia dan kami ingin mereka dibebaskan, etnis apa pun yang tercantum di kartu identitas mereka,” ujar Dujarric.

Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia yang ditunjuk negara mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka telah menerima sejumlah laporan penangkapan Tigrayans di ibukota, termasuk orang tua, ibu dan anak-anaknya.

Daniel Bekele, kepala komisi, mengatakan kepada Reuters mereka sedang memantau penangkapan ratusan orang Tigrayan di Addis Ababa.

Polisi membantah melakukan penangkapan berdasarkan etnis tertentu. Polisi menyatakan hanya menargetkan pendukung pemberontak pasukan Tigrayan yang melawan pemerintah pusat.

Fasika Fanta, juru bicara polisi Addis Ababa, dan juru bicara pemerintah Legesse Tulu mengatakan belum mendapatkan informasi ihwal staf PBB yang ditangkap. “Mereka yang ditahan adalah warga Etiopia yang melanggar hukum,” kata Legesse.

Departemen Luar Negeri AS mengutuhk keras penangkapan tersebut. Pelecehan dan penahanan atas dasar etnis tidak dapat diterima.

“Apa pun yang bisa kami lakukan untuk mengamankan pembebasan orang-orang ini, kami siap melakukannya,” juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Harga mengatakan kepada wartawan.

Selama setahun terakhir, Ethiopia didera konflik etnis. Terjadi bentrokan antara pemerintah dan pasukan Tigrayan yang setia kepada Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) dalam beberapa pekan terakhir.

Ethiopia mengumumkan keadaan darurat pada 2 November. Hal itu memungkinkan pemerintah secara sewenang-wenang menangkap penduduknya, tanpa perintah pengadilan, siapa pun yang dicurigai bekerja sama dengan kelompok teroris. Parlemen menetapkan TPLF sebagai kelompok teroris awal tahun ini.

(Tempo.co)