Kepala Dinas Jadi Rektor, STAI Wakatobi Diduga Jadi Ladang Kepentingan

376 views
Sejumlah Mahasiswa Unjuk Rasa di Kampus STAI Wakatobi - Foto: Samidin/suryametro.id

WANGI-WANGI, Suryametro.id – Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Wakatobi terus disoal oleh sejumlah mahasiswanya. Pasalnya, rektor hingga dosen yang mengajar di kampus tersebut merupakan pejabat publik. Belum lagi, persoalan lainnya berupa statuta yang tidak pernah diketahui oleh mahasiswa.

Melihat Rektor STAI Wakatobi, yang juga merupakan Kepala Dinas Kominfo setempat, membuat sejumlah mahasiswa asal kampus tersebut, melakukan aksi unjuk rasa. Kerena, diduga kampus STAI dijadikan sebagai ladang kepentingan.

Koordinator lapangan, Dinul Cahyawan dalam orasinya mungungkapkan, jika rektor hingga dosen adalah pejabat publik, kampus tidak jarang dijadikan ladang kepentingan dan dipastikan tupoksinya sebagai pejabat publik tidak akan maksimal.

“Kalau kita bicara tentang beban kerja sebagai dosen dan juga beban kerjanya sebagai Kepala Dinas, jelas rektor STAI sudah tidak lagi menjalankan tugasnya dengan baik. Selain jadi rektor beliau juga mengajar, jadi jelas pekerjaannya sebagai PNS harus dia tinggalkan, apalagi mengajar di jam kantor,” umbarnya, Senin (6/12/2021).

Selain rektor, sejumlah dosen di STAI Wakatobi juga adalah pejabat publik dari Dinas Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP) hingga Oknum Kepolisian.

“Baru di STAI Wakatobi yang dosennya ada dari Pol PP dan Kepolisian,”herannya.

Lanjutnya, tidak  hanya berdampak kepada kinerjanya sebagai pejabat publik, tetapi akan berdampak kepada mahasiswa. Faktanya, mahasiswa STAI  Wakatobi sangat dilarang untuk mengikuti kegiatan organisasi ekstra kampus.

“Sampai mahasiswa disumpah untuk tidak mengikuti organisasi eksternal kampus, apalagi HMI. Saya menduga semua pelarangan itu dilakukan agar mahasiswa tidak kritis terhadap berbagai kebijakan, sehingga dengan mudah mereka memuluskan kepentingannya,”ungkapnya.

Kemudian, mahasiswa yang melakukan penggalangan dana untuk orang sakitpun, akan menjadi musuh pengelola kampus. Tidak hanya Mahasiswa STAI jurusan Tarbiyah itu saja yang menjadi korban, tetapi banyak dari temannya yang merasakan hal yang sama.

“Banyak mahasiswa organisasi khususnya HMI, terpaksa harus integrasi ke perguruan tinggi di luar Wakatobi karena dipersulit untuk wisuda,” pungkasnya.

Reporter: Samidin