WANGI-WANGI, suryametro.id – Program bawang merah yang yang sempat dilaunching Bupati Wakatobi, Haliana masih menjadi sorotan publik. Pasalnya, selain bawang yang ditanam terserang penyakit, luas garapan program demplot bawang merah dari dinas pertanian ini tidak sesuai dengan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA).
Dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Pertanian, luas untuk demplot bawang merah harusnya mencapai empat hektar. Melalui penelusuran media ini di lokasi, tepatnya di desa Komala dan di desa Wungka, ditemukan fakta yang berbeda dari DPA yang dimaksud.
Program demplot bawang merah yang menelan anggaran sebesar Rp 236 juta itu, berada di tiga lokasi berbeda yang tidak berjarak begitu jauh. Dari ketiga lokasi yang dimaksud, hanya ada satu lokasi yang diperkirakan mencapai satu hektar, yakni di tempat pertama kali program tersebut dilaunching di desa Komala jalan menuju Bandara Matahora. Dilokasi yang lainnya ditemukan tidak lebih luas dari 50 meter persegi.
Selain itu, seorang narasumber mengungkapkan, demplot bawang merah di desa Wungka tepatnya tidak jauh dari Rujab Wakil Bupati, bukan termasuk program demplot bawang merah dari dinas pertanian, melainkan binaan dari dinas ketahanan pangan yang sudah ada di tahun-tahun sebelumnya.
“Demplot di Wungka itu binaan ketahanan pangan, memang ia termasuk Pemda juga tapi itu sudah lama. Dinas pertanian hanya bantu dengan alat dan sedikit bibit jadi belum bisa kita akui, karena secara hirarki penyuluh sudah tugasnya untuk mendampingi Petani,” ucap Narasumber yang tidak mau disebutkan namanya via seluler.
Selain itu, program yang diswakelolakan itu juga dikeluhkan oleh patani. Petani mengaku, uang didapatkan dari pemerintah baru Rp 150 ribu pada saat launching. Selebihnya, hanya berupa bibit, sedangkan Cultivator merupakan barang pinjaman.
“Kami baru dapat uang demplot itu hari 150 ribu satu orang waktu launching. Yang lainnya seperti obat-obatan itu terlambat dikasi. Uang bensin untuk cultivator saja harus kami yang tanggung. Sedangkan, Cultivator saja kami masih pinjam,”Kesal petani beberapa waktu lalu.
Selain anggaran demplot Rp 236 juta, program ini juga menelan anggaran untuk kegiatan launching, honorarium dan penunjang lainnya, hingga diperkirakan program bawang merah menelan dana kurang lebih Rp 400 juta.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dinas Pertanian, Alifudin saat diklarifikasi menepis dugaan bahwa luas lahan untuk program demplot bawang merah tidak sesuai dengan DPA. Ia mengatakan, satu hektar di DPR, dua hektar di bagian GOR dan satu hektar di jalan menuju bandara Matahora.
Ia juga menyangkal, bahwa program bawang merah di desa Wungka adalah hasil binaan Dinas Ketahanan Pangan.
“Siapa bilang itu, bukan itu mungkin, lain juga itu, mereka itu KRPL kami ini dibawanya Rujabnya Wakil,”tepisnya.
Terkait anggarannya, Alifudin tidak bisa menyangkal, program bawang merah itu bukan hanya menelan anggaran Rp 236 juta melainkan ada anggaran lain yakni launching dan lainnya.
“Mereka (Petani) itu akan dapat upah nanti itu, kalau yang satu hektar itu Rp 16 juta lebih perkelompok kalau saya tidak salah dan langsung masuk di rekeningnya mereka. 236 juta itu sudah termasuk dengan benihnya itu,” pungkasnya
Reporter: Samidin