4 Tanda China Ingin Kuasai Bulan Sendirian Versi NASA

131 views
Ilustrasi. Perlombaan luar angkasa kembali memanas usai tudingan NASA terhadap China. (Foto: REUTERS/TYRONE SIU)

JAKARTA, suryametro.id – Badan Antariksa dan Penerbangan Amerika Serikat (NASA) menuding China hendak menguasai Bulan sendirian. Sejumlah indikasi pun dipaparkan.

Tudingan itu disampaikan oleh bos NASA Bill Nelson pada Senin (4/7). Ia mengatakan saat ini perlombaan di luar angkasa terjadi antara pihaknya dengan China, berbeda dari kondisi di masa lalu, yakni dengan Uni Soviet yang kini Rusia.

Sebagai informasi, China meningkatkan program luar angkasanya dalam satu dekade terakhir lewat eksplorasi Bulan sebagai fokusnya. Negara itu melakukan pendaratan tanpa awak bulan pertamanya pada 2013.

China juga berharap meluncurkan roket yang cukup kuat agar bisa mengirim astonaut ke Bulan, menjelang akhir dekade ini.

“Ada perlombaan baru ke luar angkasa, kali ini dengan China,” ucap Bill dikutip media Jerman, Bild.

Merespons tudingan-tudingan itu, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan ini bukan kali pertama bos NASA melontarkan pernyataan sejenis.

“China dengan tegas menentang pernyataan tidak bertanggung jawab seperti itu,” kata dia.

Zhao menjelaskan China selalu mempromosikan pembangunan masa depan bersama bagi umat manusia di luar angkasa dan menentang persenjataannya serta perlombaan senjata apa pun di luar angkasa.

Lalu apa yang jadi dasar tudingan NASA itu?

1. Rencana pendirian pangkalan di Bulan
Salah satu wacana terbaru China ialah pendirian pangkalan sendiri di Bulan pada 2035, bersama dengan Rusia. Jika hal itu berhasil, taikonaut, sebutan bagi astronaut dari China, dapat melakukan eksperimen di bulan mulai 2036.

Nelson secara khusus menduga China menargetkan kutub selatan Bulan secara khusus jadi wilayah yang diperebutkan karena diduga memiliki endapan air, yang dapat digunakan di masa depan untuk menghasilkan bahan bakar roket.

Dengan begitu, siapa pun yang mendominasi sisi selatan Bulan punya basis penting di luar angkasa.

2. Pembersih sampah antariksa
Sampah antariksa buatan manusia yang sudah tidak berfungsi seperti bekas roket, satelit tua dan pecahannya, kerap seliweran di ruang angkasa.

Saat ini, China sudah mengembangkan teknologi untuk bisa menangkap atau menjaring puing-puing luar angkasa itu. Teknologi tersebut berupa robot yang memiliki lengan yang bisa menjaring sampah-sampah tersebut.

“Mereka belajar di sana bagaimana cara menghancurkan satelit orang lain,” cetus Nelson.

3. Klaim Sering Curi Teknologi Negara Lain
Meski pengembangan keantariksaan China terbilang cepat, Negara Tirai Bambu itu disebut kerap meniru dan mencuri ide serta teknologi negara lain.
“China itu bagus. Tapi China juga bagus karena mereka mencuri ide dan teknologi dari orang lain,” kata Nelson.

Tak cuma dalam bidang antariksa, Negeri Tirai Bambu sejak lama menerapkan pola imitasi dalam pengembangan produk teknologinya, misalnya ponsel.

4. Agresif dan tak transparan di luar angkasa
Pemerintahan Xi Jin Ping kian menggeber program antariksanya. Akademi Ilmu Pengetahuan China (CAS) sudah memilih kandidat untuk 13 misi luar angkasa yang diproyeksikan akan meluncur mulai 2026 dan 2030.

Dari 13 misi yang diusulkan, dikutip dari Space, diharapkan antara lima dan tujuh akan dipilih untuk diluncurkan. Misi baru ini akan menjadi bagian dari proyek ketiga Program Prioritas Strategis (SPP III) CAS, juga dikenal sebagai Program New Horizons.

Tak cuma itu, China juga terbilang agresif dalam mengembangkan teknologi mutakhir ke luar angkasa. Saat ini, misi peluncuran ke antariksa yang dikembangkan sendiri oleh China sudah dilakukan sebanyak lebih dari 50 kali pada 2021, menurut laporan NASA.

“Kita mestinya sangat khawatir China mendarat di bulan dan berkata: ‘ini milik kami sekarang dan Anda tak boleh masuk’,” ucap Nelson.

Di luar agresivitasnya, China pun disebut tak transparan dalam misi-misi antariksanya. Alhasil, sering ada rilis kabar terbaru misi China yang tiba-tiba diklaim berhasil tanpa tahu kapan meluncurnya.

Hal ini berbeda dengan kebiasaan NASA yang mengumumkan setiap misinya bahkan jauh sebelum peluncuran. Efeknya, kegagalan roket mengorbitkan satelit, misalnya, sering terdengar.

Sumber: CNNIndonesia.com