BAUBAU, suryametro.id – Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), resmi ditunjuk sebagai ketua dewan pimpinan wilayah (DPW) Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN) untuk wilayah Sultra. Penunjukan Ali Mazi, berdasarkan hasil keputusan rapat pleno panitia formatur DPW Sultra MAKN.
Ditemui di rumah jabatan Wali Kota Baubau saat berkunjung ke Kota Baubau mendampingi Ketua DPD RI, La Nyalla Matalitti, Kamis (17/08/2021), Sekertaris Jenderal (Sekjen) MKAN, RAY Yani SS Kuswodidjoyo mengatakan, MAKN merupakan perkumpulan kerajaan Nusantara yang bersifat kekeluargaan dan independen. Didirikan pada Agustus 2019, sebagai upaya untuk menjaga marwah budaya Indonesia dan ikut berpartisipasi untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.
“Untuk masuk dalam keanggotaan MAKN, harus raja yang sudah dinobatkan atau yang sudah dikukuhkan oleh lembaga adat kerajaan atau kesultanan. Kedua, Memiliki istana atau rumah raja yang turun temurun ada sejarahnya. Ketiga, memiliki benda pusaka yang mempunyai lambang kerajaan. Keempat, memiliki situs-situs kerajaan seperti makam keturunan raja, dan yang kelima adalah masyarakat adat. Itulah syarat jika ingin masuk dalam keanggotaan,” kata Yani menjelaskan.
“Kenapa Ali Mazi kita tunjuk sebagai ketua DPW di Sultra, padahal banyak kerajaan-kerajaan kecil di Sultra atau Kesultanan Buton yang cukup luas wilayahnya, semua itu karena Ali Mazi itu merupakan turunan dari Kesultanan Buton. Dan didalam struktur kepengurusan MAKN, meski sebagai keluarga misalnya permaisuri atau pangeran masih masuk dalam lingkup kami di MAKN. Sehingga penunjukan Ali Mazi itu sudah sangat tepat, selain itu dirinya juga sebagai Gubernur Sultra,” tambahnya.
Secara keseluruhan, ada 52 orang anggota MAKN ditingkat pusat dari perwailan kerajaan diseluruh Indonesia. Dan saat ini juga, sudah 23 DPW MAKN terbentuk.
“Kalau kami dewan kerajaan tertinggi ada ketua harian, ia adalah Kph Eddy Wirabhumi dari Kesultanan Surakarta lalu ketua-ketua wilayahnya merangkap korwil dari wilayah-wilayah provinsi, lalu saya sebagai Sekjen perwakilan Kesultanan Sumenep. Intinya MAKN ini, merupakan wadah kita untuk saling menghargai dan menghormati adat serta budaya kita yang sudah ada sejak zaman kerajaan dimasa lampau,” tutupnya.
Reporter: Novi/M3
Editor: Adhil