JAKARTA, suryametro.id – Indonesia menjadi negara ASEAN pertama yang total angka kematiannya menembus 100 ribu orang. Seratus ribu kematian ini terjadi saat kematian harian Corona Indonesia terus berada di angka seribuan kematian.
Kemarin pemerintah melaporkan tambahan 35.867 kasus positif COVID-19 di Indonesia. Data perkembangan kasus COVID-19 ini disampaikan melalui Satgas Penanganan COVID-19, Rabu (4/8/2021). Data ini di-update setiap hari dengan cut off pada pukul 12.00 WIB.
Dengan tambahan 35.867 kasus, jumlah total kasus COVID-19 yang ditemukan di Indonesia sejak Maret 2020 hingga kemarin menjadi 3.532.567 kasus.
Selain itu, ada 1.747 orang yang meninggal dunia kemarin, sehingga total angka kematian COVID-19 di Indonesia sebanyak 100.636 orang.
Berdasarkan data Worldometers, Kamis (5/8), total 100.636 kematian ini merupakan yang pertama dan yang tertinggi sejauh ini di ASEAN. ASEAN terdiri atas 10 negara anggota. Kesepuluh negara tersebut adalah Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Lalu di posisi kedua setelah Indonesia ada Filipina dengan total 28.231 kematian akibat Corona. Kemudian di posisi ketiga ada Myanmar dengan 10.695 kematian.
Penyebab Angka Kematian di RI Tinggi
Sebelumnya, Satgas COVID-19 menjelaskan penyebab kasus kematian akibat virus Corona (COVID-19) di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Cakupan vaksinasi dan isolasi mandiri yang tak terkontrol, kata Satgas, menjadi faktor angka kematian itu tinggi.
“Jadi di luar negeri itu kenapa mungkin sama-sama jumlah kasus meningkat, kenapa angka kematian di Indonesia lebih tinggi? Beberapa faktor di antaranya tadi sudah disampaikan, isolasi mandiri perlu dipantau, tidak bisa hanya isolasi mandiri sendiri saja,” kata Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas COVID-19 Dewi Nur Aisyah dalam siaran YouTube BNPB, Rabu (4/8/2021).
Dalam melakukan isolasi mandiri ini, Dewi menekankan bahwa masyarakat harus diedukasi. Jadi mereka akan memahami kapan waktu untuk menjalani pemeriksaan ke rumah sakit.
“Masyarakat lebih banyak diedukasi, media juga berperan dalam mengedukasi masyarakat biar paham kapan harus ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan,” jelasnya.
Faktor kedua yang menjadi penyebab angka kematian akibat Corona di RI, kata Dewi, adalah cakupan vaksinasi. Dia menyebut vaksinasi di negara lain sangat tinggi, berbeda dengan Indonesia, yang saat ini masih digencarkan.
“Yang kedua adalah cakupan vaksinasi. Di beberapa negara cakupan vaksinasinya sudah sangat tinggi sekali yang mengakibatkan ketika mereka terinfeksi COVID-19 cenderung memiliki gejala yang ringan, bahkan tidak bergejala sama sekali. Nah, di kita, kita masih mengejar vaksinasi tadi, harapannya adalah ketika terjadi infeksi, karena memang sampai saat ini tidak ada vaksin yang mencegah 100 persen orang tidak akan terinfeksi COVID-19, itu nggak ada, vaksin mana pun tidak ada. Jadi saat ini yang harus dilakukan adalah tetap jaga protokol 3M,” kata dia.
Sumber: detik.com