WANGI-WANGI, suryametro.id – Vidio viral pemukulan terhadap salah satu siswa inisial AM asal SMAN 1 Wangi-Wangi, kelas XII yang dipukuli tiga orang perempuan asal SMAN 1 dan SMAN 2 Wangi-Wangi berbuntut panjang.
Pihak sekolah, Kepala Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemprov Sultra hingga Kepolisian turun tangan memediasi persoalan tersebut.
Meskipun telah dilakukan mediasi kepada masing-masing orangtua korban dan pelaku, keluarga korban persekusi belum bisa menerima perlakuan tersebut dan berlanjut malaporkannya kepihak yang berwajib.
Kendati demikian, tiga orang siswi-siswi yang menjadi pelaku pemukulan tersebut mengaku punya alasan yang kuat berbuat demikian. Tiga orang pelaku persekusi tersebut yaitu, AM siswi kelas XII SMAN 2 Wangi-wangi, RD kelas XI siswi SMAN 2 Wangi-wangi, dan TN kelas XI SMAN 1 Wangi-wangi.
Menurut salah satu siswi pelaku persekusi HM, pemicu kejadian itu lantaran korban AM menyebar isu bahwa HM pernah dicium oleh korban, padahal hal tersebut tidak benar. Alasan itulah, pelaku dan teman-temannya memanggil korban untuk meminta penjelasannya.
Korban dipanggil di tempat yang terbilang sunyi berlokasi di Mandati II, kecamatan Wangi-wangi Selatan sekitar pukul 09.00 WITA. Saat ditanyai oleh pelaku mengapa menyebarkan isu tak benar itu, pelaku hanya tersenyum dan tak memberikan tanggapan.
“Pas disana saya bicara baik-baik saja tapi dia hanya senyum-senyum kayak dia tidak anggap, jadi saya tersinggung, pas dia turun dari motor saya tendang dia AM,” ungkapnya
Berbeda dengan pengakuan pelaku lainya, korban justru menganggap teman-temannya yang menganiaya dirinya itu, karena sudah termakan isu miring, bahwa dia pernah cerita tentang dirinya pernah mencium pelaku.
“Gegara dengar cerita orang kalau saya pernah cerita saya tidur dengan dia makanya dia marah,”ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemprov Sultra, Masidi mengunkapkan, sudah berupaya memanggil perwakilan Sekolah serta orang tua korban dan pelaku. Perwakilan sekolah dan keluarga pelaku sudah memenuhi panggilan tersebut namun tidak dihadiri keluarga korban.
Lanjutnya, kejadian tersebut perlu mendapatkan tanggapan yang serius dari pihak sekolah. Ia pun berharap kejadian seperti itu tidak lagi terulang di kabupaten Wakatobi.
Sementara ini, ia belum bisa menggali lebih jauh tentang pernyataan korban karena belum usai dipertemukan dengan pelaku, korban sudah berangkat melaporkan hal itu ke Kepolisian.
“Jika kejadian terjadi di lingkungan atau jam sekolah, maka itu sesungguhnya kewajiban kami disekolah, tapi ini diambil lalih oleh keluarganya,”jelasnya.
Menyikapi kejadian itu, Humas SMAN 2 Wangi-wangi, La Juma Ladaima menuturkan, akan menyelesaikan kasus ini dengan baik bersama-sama dengan SMAN 1 untuk mencari solusi dari kasus ini.
“Supaya semua ini bisa tersolusikan dengan baik. Jika pada prosesnya anak-anak kami bersalah, kami juga tidak segan-segan memberikan sanksi yang berat kepada anak-anak kami, selanjutnya kami akan terus berkoordinasi dengan KCD,”tuturnya.
Senada dengan itu, kepala Sekolah SMAN 1 Wangi-wangi Yuwono mengatakan, akan mengambil langkah-langkah sesuai ketentuan sekolah.
“Kami akan mengadakan pendekatan kepada korban agar kami bisaencari informasi, kalaupun siswa kami bersalah kami akan mengambil tindakan tegas dalam hal ini skorsing, tetap ikami minta agar bisa diselesaikan dengan baik,”katanya.
Reporter: Samidin