Kronologi Laut China Selatan Memanas, China hingga AS Saling Gertak

63 views
Kapal perang AS, USS Ross. (AFP/Mandy Hunsucker)

JAKARTA, suryametro.id – Saling gertak sejumlah negara di Asia Pasifik membuat Laut China Selatan (LCS) kembali memanas tahun ini.

China hingga Amerika Serikat (AS), disebut melakukan provokasi melalui manuver militer mereka. Negara-negara sekutu AS seperti Inggris hingga Jerman pun mulai menempatkan kapal perang mereka di Asia Pasifik, termasuk di LCS.

Korea Utara dan Korea Selatan kerap pamer adu kekuatan rudal mereka. Eskalasi di LCS ini dipicu atas sikap China yang ingin berkuasa di wilayah tersebut.

LCS sendiri merupakan perairan yang kaya akan sumber daya alam dan ikan. Nilai komoditas yang diangkut melalui perairan itu disebut bisa mencapai triliunan dolar.

Dalam sidang Dewan Keamanan PBB bulan lalu, China mengklaim seluruh perairan Laut China Selatan sebagai wilayah kedaulatannya dengan alasan berdasarkan sejarah. Klaim China tumpang tindih dengan dengan kepentingan Vietnam dan negara lain di ASEAN yang mendasarkan pada aturan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Untuk menjaga wilayah ini, Presiden Xi Jinping terus membangun fasilitas militer, pulau buatan, dan menempatkan kapal-kapal perangnya di wilayah perairan tersebut.

Di satu sisi, Vietnam mengklaim kawasan maritim di Laut China Selatan yang dikenal sebagai Laut Timur di Vietnam. Ketegangan kedua negara membuat Vietnam menjadi penentang paling vokal klaim Beijing atas wilayah itu. Tak hanya itu, kedekatan Vietnam dengan AS dinilai sebagai upaya meningkatkan hubungan diplomatik sekaligus menjadi langkah yang membuat Beijing geram.

Per Januari sampai September ini, banyak sekali pamer alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang dilakukan AS dan sekutunya untuk memprovokasi China, atau sebaliknya.

Berikut kronologi LCS yang semakin memanas karena negara-negara seperti China hingga AS saling gertak:

Januari 2021
Pada 23 Januari 2021, Armada kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat memasuki Laut China Selatan (LCS). Gugus armada itu dipimpin oleh kapal induk USS Theodore Roosevelt. China membalas provokasi AL ini dengan menggelar latihan perang di Laut China Selatan mulai 1 Januari sampai 30 Januari.

Februari 2021
AS kembali menggelar latihan menggunakan kapal induk USS Theodore Roosevelt dan USS Nimitz bersama kapal penjelajah dan kapal perusak berpeluru di perairan yang disengketakan itu, pada Selasa (9/2). Pada 17 Februari, sebuah kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat berlayar di Kepulauan Spartly yang diklaim China merupakan bagian dari Laut China Selatan.

Maret 2021
Angkatan Laut Prancis akan kembali mengirim kapal perang mereka melintasi Laut China Selatan. Dilansir South China Morning Post, 2 Maret, kegiatan itu dilakukan sebagai bagian misi pelayaran militer dan kebebasan navigasi tahunan bernama Jeanne d’Arc.

Prancis sendiri merupakan salah satu sekutu AS. Pada 21 Maret, seorang pejabat AS menuturkan dua rudal Korut dilaporkan ditembakkan ke arah laut. AS menuding uji coba rudal ini taktik lama Pyongyang untuk memprovokasi AS dan Korsel.

Korut geram dan kembali meluncurkan rudal ke arah pesisir timur Semenanjung Korea pada 25 Maret. Juru bicara Kementerian Pertahanan Jepang juga mengonfirmasi peluncuran rudal ini. Menurut Jepang, rudal itu diluncurkan ke arah Laut Jepang atau yang disebut Korea Selatan sebagai Laut Timur.

Pada Juli 2020, Korut mengecam pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, yang menolak klaim kedaulatan China di Laut China Selatan. Ketegangan yang terjadi antara Korsel dan Korut pun semakin memanas.

April 2021
Berita 1 April, militer Filipina mengklaim menemukan sejumlah konstruksi ilegal buatan manusia di Union Banks, Kepulauan Spratly, yang merupakan daerah sengketa di LCS. Lokasi konstruksi itu terletak di dekat lokasi 200 kapal milisi China yang sebelumnya diusir oleh jet tempur Filipina.

Pada 13 April, Vietnam dilaporkan mengerahkan kapal perang ke LCS untuk menggelar simulasi perang. Pengerahan kapal itu dilakukan Vietnam setelah sekelompok kapal milisi maritim China yang terus bersandar di Kepulauan Spratly, objek sengketa antara Beijing dan beberapa negara Asia Tenggara.

Pada 25 April, LCS kembali memanas setelah Korps Penjaga Pantai Filipina menggelar latihan di wilayah yang menjadi sengketa dengan China. Filipina beralasan latihan itu dilakukan sebagai upaya untuk mengamankan perairan yang masuk ke dalam wilayah hukum mereka (yurisdiksi).

Mei 2021
Pada 20 Mei, China mengecam keras kapal perang Amerika Serikat, USS Curtis Wilbur, yang memasuki LCS tanpa izin. Komando Militer Armada Selatan China menyatakan USS Curtis Wilbur berlayar di perairan Laut China Selatan dekat Kepulauan Paracel tanpa pemberitahuan.

Juni 2021
Satu kapal coast guard China (CCG) dilaporkan menerobos wilayah perairan Malaysia di Laut China Selatan pada pekan lalu, beberapa hari setelah 16 jet militer Beijing melanggar batas udara Negeri Jiran. Kepala Kapten Badan Aparat Maritim Malaysia (MMEA), Fauzi Othman, menyatakan bahwa pihaknya mendapatkan laporan mengenai penerobosan ini pada 4 Juni lalu.

Membalas hal ini, AS menuturkan bahwa salah satu armada kapal induknya, USS Reagan, telah memasuki Laut China Selatan untuk melakukan misi rutin pada 15 Juni.

“Di Laut China Selatan, kelompok penyerang tengah melakukan operasi keamanan maritim, meliputi operasi penerbangan dengan pesawat, latihan serangan maritim, dan pelatihan taktis terkoordinasi antara unit darat dan udara,” kata Angkatan Laut AS melalui pernyataan seperti dikutip Reuters.

Juli 2021
Pada 12 Juli, Militer China mengatakan pihaknya telah mengusir kapal perang AS yang secara ilegal memasuki perairan dekat Kepulauan Paracel di Laut China Selatan.

Agustus 2021
Pada 3 Agustus, India mengirim empat kapal perang ke Laut China Selatan untuk mengikuti serangkaian latihan perang dengan Amerika Serikat, Jepang, dan Australia selama dua bulan. Di hari yang sama, Jerman mengirim kapal perang kelas fregat ‘Bayern’ ke kawasan Indo-Pasifik untuk pertama kalinya dalam hampir 20 tahun di tengah panasnya isu Laut China Selatan.

Dikutip dari AFP, kapal tersebut berlayar dari pelabuhan Wilhelmshaven dengan mengangkut lebih dari 200 tentara untuk misi enam bulan demi memperkuat kehadiran Jerman di kawasan.

Pada 29 dan 30 Agustus, empat kapal perang China juga sempat berlayar di perairan internasional Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) AS, yakni di wilayah lepas pantai Kepulauan Aleutian di Alaska.

September 2021
Korsel mengumumkan berhasil menguji coba rudal balistik dari kapal selam (SLBM) untuk pertama kalinya pada 7 September. Uji coba itu menjadikan Korsel sebagai negara tanpa senjata nuklir pertama yang memiliki teknologi senjata seperti itu. SLBM itu dibangun sebagai upaya pertahanan Korsel menghadapi ancaman Korea Utara yang memiliki senjata nuklir.

Sehari kemudian, AS mengirimkan satu kapal perusak rudal ke dekat wilayah sengketa di Laut China Selatan. AS mengirimkan kapal USS Benfold beberapa hari setelah China menerapkan hukum maritim baru yang mewajibkan identifikasi terlebih dahulu sebelum memasuki wilayah perairannya.

Tak mau kalah, Korut juga kembali menguji peluncuran rudal balistik pada akhir 12 September. Menurut laporan kantor berita Korea Utara, KCNA, yang dikutip Reuters, Senin (13/9), rudal itu terbang sejauh 1.500 kilometer sebelum mengenai sasaran dan kemudian jatuh ke wilayah perairan.

Korea Selatan pun kembali melakukan manuver politik. Militer Korsel dilaporkan baru saja melakukan uji coba peluncuran misil balistik dari kapal selam, Rabu (15/9). Di hari yang sama, kapal perang China dikabarkan mendekati wilayah AS di Alaska.

Kabarnya, kapal perang ini digunakan untuk pelatihan laut lepas armada pertahanan Angkatan Laut China. Pada bulan yang sama, China juga menempatkan kapal perang mereka untuk mendekati wilayah perairan Jepang.

Sumber: CNNIndonesia.com