JAKARTA, suryametro.id – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin membeberkan semua kesulitan yang dihadapi pemerintah selama satu tahun pandemi Covid-19. Ia juga mengungkap sejumlah rencana mengakhiri pandemi di Indonesia.
Budi menyebut pemerintah menghadapi sejumlah tantangan satu tahun ke belakang. Salah satunya, soal pengelolaan anggaran Covid-19 antara pusat dan daerah.
Ia juga bercerita tentang strain baru Covid-19 yang baru ditemukan di Indonesia. Budi mengaitkan dengan rendahnya upaya penelitian (genome sequencing) virus corona di Indonesia.
Mantan Direktur Utama Bank Mandiri itu pun membahas rencana vaksinasi massal. Menurutnya, pemerintah sedang menghadapi masalah kekurangan stok vaksin hingga Juli mendatang.
Berikut wawancara bersama Menkes Budi Gunadi Sadikin terkiat satu tahun pandemi Covid-19:
Sebelum membahas satu tahun pandemi, mari membahas kabar temuan mutasi baru virus corona B117. Apa langkah mitigasi dari pemerintah?
Memang strain ini, perlu diketahui, B117 atau banyak juga yang bilang N501Y itu di Inggris dan sudah masuk di negara-negara ASEAN. Misalnya, Malaysia 24 Desember, Filipina 26 Januari, Thailand 15 Februari, Singapura 24 Desember.
Apa ini belum terdeteksi belum ada di Indonesia? Kebetulan saya bersama Pak Bambang Brodjonegoro (Menteri Riset dan Teknologi) tanggal 8 Januari menandatangani perjanjian untuk bisa melakukan genome sequencing. Jadi, mendeteksi virus strain baru secara lebih agresif. Yang tadinya setahun hanya 172 dilakukan, dalam sebulan kita sudah lakukan hampir 200.
Memang yang Pak Wamen (Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono) sampaikan betul. Tadi malam (Senin, 1 Maret 2021) kita menemukan dua kasus masuk dari Saudi Arabia. Kita memiliki strain virus baru ini.
Untuk teman-teman ketahui, sampai sekarang belum ada bukti ilmiah yang pasti bahwa strain baru ini lebih fatal, tapi yang sudah ada adalah bahwa strain virus baru ini lebih menular karena memang perubahan di posisi asam amino.
Jadi, buat saya pesan-pesannya adalah tetap menjalankan protokol kesehatan secara disiplin, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak.
Soal satu tahun pandemi Covid-19 di Indonesia, apa evaluasi dari Kementerian Kesehatan?
Kita mengucapkan terima kasih kepada seluruh tenaga kesehatan yang sudah satu tahun bekerja sangat keras, mengorbankan waktu dan tenaga, dan jiwanya. Pengorbanan, bantuan teman-teman tenaga kesehatan ini sangat besar.
Kita sudah memiliki strategi, ada rancangan strategi empat hal yang harus kita jalankan. Satu, mengenai diagnostic strategy, yaitu testing dan tracing. Kedua, mengenai therapeutic strategy atau strategi kalau sudah sakit, dirawat, dokternya, obatnya seperti apa. Ketiga, strategi vaksinasi, juga sudah kita lakukan. Keempat, strategi perbaikan sistem kesehatan publik sama terkait perubahan perilaku. Karena memang semua pandemi, baik itu Black Death, polio, kolera, dan lain sebagainya, termasuk yang terakhir HIV/AIDS menuntut perubahan perilaku manusia.
Jadi buat kami, strategi sudah jelas, kita akan melakukan eksekusinya dengan baik, insyaallah kita bisa mengatasi pandemi ini.
So far, dua-tiga bulan terakhir trennya sudah membaik. Sekarang, harus selalu siap-siap, harus selalu waspada, jalankan 3M, mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak dengan lebih disiplin, dan juga selalu secara rajin melakukan testing, tracing,dan juga isolasi sambil menunggu program vaksinasi ini selesai dalam 12-15 bulan ke depan.
Angka tes menurun meski rapid antigen sudah digunakan. Apa yang salah?
Nomor satu, target operasi, tujuan utama, sasaran utama penanganan ini cuma satu, saya bicara sama epidemiologi satu (sasarannya), kita harus kurangi penularan. Istilahnya, flatten the curve. Untuk mengurangi laju penularan, testing, tracing, isolasi sangat penting. Karena virus ini dalam 14 hari mati sendiri. Dia menular sangat ganas 3, 5, sampai 10 hari pun masih menular. Jadi, selama dalam 10 hari pertama virus ini dari 1 (pasien) tidak (bertambah) menjadi 5, 50, 500, kita bisa jaga, dia akan berhenti. Penting buat kita mengidentifikasi siapa yang terkena.
Buat saya, jumlah kasus konfirmasi naik tidak apa-apa, yang penting kita jujur melaporkannya dan menganalisanya karena dengan itu kita bisa mengidentifikasi siapa yang kena, cepat di-trace, dites lagi orang-orang itu, kemudian yang positif diisolasi, yang tidak langsung dilepas.
Yang positif terkonfirmasi, itu 80 persen bisa sembuh sendiri, 20 persen butuh rumah sakit, hanya 5 persen yang butuh ICU. Jadi buat saya, saya tekankan sekali lagi, yang penting mengurangi penularan karena satu itu strateginya. Kedua, untuk mengurangi laju penularan, testing, tracing, isolasi yang jujur transparan dilakukan.
Kenapa sekarang sedang turun? Di seluruh dunia sudah turun. Bahwa sekarang sudah turun, bahwa selalu setelah ada puncak, dua minggu setelah liburan panjang itu pasti turun. Jadi, ini bukan hanya karena testing-nya turun, (okupansi tempat tidur) rumah sakit pun turun, itu enggak ada hubungannya sama testing. Semua BOR (bed occupancy rate/tingkat okupansi tempat tidur) di rumah sakit memang sekarang ikut turun. Bukan masalah testing atau tidak testing. Rumah sakit tidak ada hubungannya testing atau tidak testing. Jangan lengah. Jangan lengah. Harus terus 3M dan 3T.
Apakah penurunan kasus karena PPKM?
Kita amati setahun terakhir. Setiap ada liburan panjang, kalau pergerakannya dilepas, mobilitas orang tinggi, penularan meningkat. Data-data dari Pandemic Talk, Kawalcovid, itu gamblang menjelaskannya. Kita belajar dari mereka.
Kalau ini ada liburan panjang, pergerakannya dibebaskan, dua minggu sesudahnya kasusnya naik 40 persen. Karena memang nature-nya (sifat alamiah) virus ini setelah 14 hari dia mati sendiri.
Biasanya orang Indonesia kalau sudah naik, panik, mereka langsung patuh, (jumlah kasus penularan) dengan sendirinya turun. Kita lihat sejarahnya 2-3 kali liburan terakhir sudah naik, semua orang kemudian takut karena penularannya tinggi, (jumlah kasus penularan) turun karena pergerakannya dibatasi. Kali ini, begitu naik tinggi, PPKM digerakkan, semua orang bergerak, menahan mobilitas, (jumlah kasus penularan) turun.
Penting buat saya sampaikan, tolong jangan hanya saat jumlah kasus tinggi kita menjalankan protokol kesehatan. Pada saat turun, saat kasus rendah pun, tolong disiplin, jaga 3M. Tugas saya memastikan di Kemenkes, BNPB, dan sebagainya disiplin 3T. Kalau kita jalankan itu secara disiplin, laju penularan akan menurun.
Bagaimana menangkal narasi penolakan vaksinasi di masyarakat?
Pertama, memang ada satu lembaga survei menyebut yang tidak mau divaksin 41 persen. Ada tiga lembaga survei yang lain bilangnya cuma 10 persen. Jadi kita tahu sama-sama. Kedua, saya sibuk menerima telepon dan Whatsapp semua orang minta vaksin dan komplain karena pembagian vaksin. Sibuk sekali saya itu. Saya melihatnya, minat masyarakat besar.
Kalau ada yang mengatakan tidak suka vaksin, jangan vaksin, tidak apa-apa, itu namanya demokrasi. Saya sampaikan bahwa vaksin itu bukan hanya untuk melindungi diri kita. Vaksin itu sebenarnya melindungi keluarga kita, tetangga kita, seluruh rakyat Indonesia dan seluruh umat manusia.
Tujuan vaksinasi adalah mencapai kekebalan komunal 70 persen dari populasi. Jadi kalau teman-teman tidak mau ikut, enggak apa-apa. Tapi teman-teman harus tahu ini saatnya kita menghilangkan hak individual kita demi memajukan hak sosial kita untuk melindungi orang-orang yang lebih rentan.
Saya ingin katakan kalau teman-teman divaksin, ini kesempatan kita membantu sesama umat manusia. Apakah teman-teman mau melindungi sesama umat manusia? Terserah teman-teman.
Menurut Anda, apa yang menjadi penyebab penolakan terhadap vaksin? Apa ada masalah komunikasi untuk meyakinkan publik?
Saya mengujinya dari teman-teman di lingkungan sekitar saya. Saya tanya 10 orang yang seumuran ikut vaksin apa enggak. Saya tanya mau divaksin atau enggak, yang jawab lima orang. Jadi, mungkin ya ada masalah, tetapi kita konsentrasi saja kita lakukan eksekusi memvaksin orang yang bersedia.
Ada masalah ketimpangan dan kebocoran vaksin, ketidakmerataan pembagian vaksin di daerah-daerah. Apakah itu diakui Kemenkes? Bagaimana menangani supaya tidak terjadi ke depannya?
Sentimen kebocoran, sentimen ketidakmerataan, itu bukti yang sangat nyata bahwa orang rebutan vaksin. Jadi, sebagian besar masyarakat Indonesia ingin divaksin. Terima kasih sudah memberikan informasi.
Anda menyebut orang-orang berebut vaksin. Di lapangan, ada ketidakmerataan distribusi vaksin. Bagaimana pemerintah pusat dan daerah berkoordinasi?
Setiap Minggu saya melakukan video conference dengan gubernur, kepala daerah. Kita sangat teratur membahas kegiatan vaksinasi ini, tahapannya, kesulitannya, progresnya seperti apa. Masukannya tadi saya confirm bahwa ada memang semua komplain, ‘Kok vaksinnya kurang?’ Sekali lagi konfirmasi bahwa yang mau vaksin sangat banyak.
Saya bilang memang seluruh dunia juga kurang, seluruh dunia sekarang sedang rebutan vaksin. Sekarang WHO sama PBB sedang berdebat panas karena vaksin-vaksin ini banyak dibeli negara-negara maju. Negara-negara miskin susah sekali mendapatkan vaksin. Australia baru mulai, Jepang baru mulai, Thailand baru akan mulai, Filipina baru akan mulai, Malaysia kita enggak tahu akan mulainya kapan. Jadi Indonesia beruntung kita bisa mulai duluan.
Teman-teman di daerah sangat semangat menyuntik. Bisa dicek langsung ke kepala dinas kesehatan, gubernur, wali kota, semua semangat untuk suntik. Saya bilang vaksinnya kurang. Kita hanya baru bisa men-secure 90 juta dosis. Ada 45 juta orang, target 181 juta.
Baru sesudah Juli, kita bisa men-secure sisanya, bisa buat 181 juta. Sekitar 20-25 persen yang baru bisa divaksin sampai Juli. Bukan karena kita enggak mampu. Dibilang kita hanya bisa 10-20 ribu sehari, karena memang vaksinnya enggak ada. Jadi kita harus secara agresif. Begitu vaksinnya mulai datang dalam jumlah besar di bulan Juli, Agustus, September baru bisa melakukan vaksinasi untuk semuanya.
Anda mengakui saat ini vaksin kurang, sedangkan pemerintah menargetkan vaksinasi selesai 15 bulan. Apa target itu akan tercapai?
Jadi vaksinnya kurang sampai Juli. Kita secure 120 juta, distribusinya tidak merata. Jadi di bulan-bulan pertama 90 juta, di bulan-bulan berikutnya baru banyak.
Tantangannya, kita tidak bisa vaksinnya cepat-cepat. Kalau cepat-cepat, vaksinnya habis, protes semua orang. Harus diatur laju vaksinasinya. Kita baru akan naik ke 500 ribu (vaksinasi sehari) bulan April. Kemarin tertinggi sudah 170 ribu (vaksinasi per hari). Tadinya 10 ribu kan yang CNN bilang, The Economist, atau Strait Times yang bilang 10 tahun (vaksinasi di Indonesia) baru akan selesai. Belum, kita baru mulai.
Kemarin sudah 170 ribu. Target kami kalau bisa bulan Maret-April ini 500 ribu karena memang vaksinnya adanya 10 juta-15 juta sebulan. Kalau 500 ribu sehari, artinya 15 juta sebulan. Kalau kita lebih cepat, habis. Nanti kita enggak bisa vaksin, masyarakat resah. Baru kemudian Mei-Juni kita naikkan ke 500 ribu (vaksinasi per hari) dan Juli 1 juta mungkin 1,5 juta karena jumlah vaksin sudah cukup untuk kita lakukan vaksinasi sejumlah itu.
Pesan saya, sabar. Memang sampai Mei itu baru 20-25 persen yang bisa kita vaksinasi karena memang jumlahnya segitu. Nanti sesudah Juli sampai Desember, karena jumlah vaksinnya sudah banyak, di situ kan kebut. Mohon dukungan dan pengertiannya.
Masih terkait vaksin, apakah strain baru Covid-19 akan memengaruhi efektivitas vaksinasi?
Saya belum melihat sebuah tulisan ilmiah yang mengatakan bahwa vaksin yang ada tidak bisa melawan B117 atau N501Y. Saya baca jurnal-jurnal terkemuka di dunia belum ada ahli yang bilang vaksin tidak bisa digunakan terhadap virus strain baru ini. Untuk sementara, saya serahkan ke ahlinya. Saya baca semua Whatsapp yang lain-lain itu, tapi saya tetap percaya ahli-ahli epidemiologi dan ahli-ahli biologi molekuler.
Setelah temuan strain baru Covid-19 di Indonesia, apakah pemerintah akan menyetop seluruh kedatangan WNA?
Saya sampaikan ada catatan di Malaysia 23 Desember, Filipina 26 Januari, Thailand 15 Februari, Vietnam Januari, Kamboja 15 Februari, Singapura 24 Desember. Kalau sekarang baru keluar di kita, ada dua kemungkinan. Satu, Tuhan sangat menyayangi negara kita selama ini. Dua, karena memang baru ketemu sekarang karena sebelumnya kita tes satu tahun cuma 172 sampel. Dalam dua bulan, kita tes sudah hampir 200 sampel, saya kok lebih percaya yang kedua.
Justru karena teman-teman di Kemenkes dan Kemenristek/BRIN, saya sama Pak Bambang Brodjonegoro, tanda tangan menyatukan 12 laboratorium yang ada untuk lebih serius melakukan surveilans mutasi baru ini. Makanya confirmed. Teman-teman lihatnya apa? Tidak mungkin kan kejadiannya sekarang? Orang lain sudah Januari kok.
Apa yang kita lihat dari Januari sampai sekarang? Naik atau enggak? Enggak. Naik apa enggak yang masuk rumah sakit? Enggak. Jadi kesimpulannya apa? Ya baru ketemunya saja sekarang. Negara lain Desember sudah masuk kok di negara ASEAN.
Toh, dari Desember sampai sekarang alhamdulillah kita bisa kontrol. Masyarakat enggak perlu dibingungkan (dengan penjelasan rinci), ‘Pak N501Y itu artinya terjadi asam amino di posisi spike nomor 501 dari asam amino yang namanya (N) asparagine menjadi asam amino namanya (Y) tyrosine.’ Kan enggak perlu dijelasin kayak begitu, yang penting masyarakat mesti ngapain. Kalau masyarakat mau tahu kita jelasin atau bisa Google.
Yang penting tetap 3M, pakai masker, jaga jarak, cuci tangan. Ada virus A, virus B, virus Z, segala macam, selama kita disiplin dengan 3M, itu bisa kita tangkal. Masyarakat tidak usah ter-distract dengan teknis yang enggak penting juga buat dia. Kalau mau tahu, boleh, tapi tetap menjaga 3M.
Soal insentif tenaga kesehatan yang tersendat dan terpotong. Bagaimana Kemenkes memastikan hal ini tidak terjadi lagi ke depannya?
Jadi untuk pertama yang pemotongan, sudah saya bicarakan dengan Ibu Menkeu (Menteri Keuanvan Sri Mulyani) bahwa kita sudah diberikan anggaran yang cukup untuk tidak ada pemotongan nanti sampai Juni. Jadi itu sudah confirmed.
Bahwa ke belakang ada ketidaksempurnaan, ada kompleksitas penganggaran waktu itu dibikin dengan terburu-buru dan cepat, ada yang dikasih oleh pemerintah pusat lewat kementerian kesehatan, ada yang uangnya dikirim ke pemerintah daerah.
Tugas saya adalah bekerja keras memastikan di bulan Maret kita bisa memberikan 100 persen. Kita sudah rembug bareng-bareng dengan Kemendagri karena dananya sebagian ada di pemda, dengan kementerian keuangan, committed memperbaiki ini.
Teman-teman, saya tidak bisa menjamin semuanya bisa segera. Ini 2 bulan plus 1,5 minggu saya bekerja, tapi saya berjanji saya akan jujur, transparan menyampaikan semua fakta. Saya berjanji saya dan seluruh Kementerian Kesehatan akan bekerja sangat keras untuk bisa membantu teman-teman tenaga kesehatan, seluruh rakyat.
Tidak mungkin saya lakukan sendiri, harus bersama-sama. Tidak mungkin Kemenkes eksklusif menjalankan ini semua tanpa berdiskusi dengan kementerian/lembaga lain. Enggak mungkin pemerintah melakukan ini dalam bentuk program sendiri.
Kita akan membangun satu gerakan yang didukung oleh semua komponen bangsa. Terima kasih atas waktunya. Mudah-mudahan terus mendoakan dan membantu kita. Jangan lupa pakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Sumber: cnnindonesia.com