STAI Wakatobi Paranoid Terhadap Organisasi Ekstra

161 views
Dinul Cahyawan, Mahasiswa STAI Wakatobi jurusan Tarbiyah - Foto: Samidin/Suryametro.id

WANGI-WANGI, suryametro.id Perguruan Tinggi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Wakatobi mendapatkan sorotan dari sejumlah Mahasiswanya. Hal itu, karena STAI Wakatobi diduga sejak berdiri belum mempunyai pedoman dalam mengatur penyelenggaraan perguruan tinggi yakni Statuta

Oleh: Kasmadin

Berawal dari paranoid pengelola kampus terhadap organisasi ekstra, maka di buatlah sumpah dan berbagai macam intimidasi kepada seluruh mahasiswa terutama mahasiswa baru untuk tidak berorganisasi.

Intimidasi itu di lanjutkan dan di buktikan kepada mahasiswa yang tetap ngotot berorganisasi di luar kampus dengan dikucilkan oleh para pengelola kampus, namun bukan anak organisasi namanya kalau tidak melewati hal hal seperti itu dengan memperlihatkan berbagai prestasi.

Anehnya prestasi-prestasi itu di anggap merusak nama baik kampus oleh pengelola, sekali lagi ini semua di karenakan paranoid kampus terhadap organisasi.

Pada akhirnya tetap saja mahasiswa yang berorganisasi ekstra kampus  di persulit dalam proses penyelesaian perkuliahan sehingga banyak di antara mereka terpaksa harus integrasi ke berbagai perguruan tinggi di Indonesia, namun ada saja mahasiswa yang berani menempuh jalan yang sulit itu.

Sebut saja misalnya Dinul Cahyawan, mahasiswa jurusan Tarbiyah ini di kenal sebagi mahasiswa yang taat beragama, berbagai kegiatan keagamaan dilakoni seperti kedatangan ust. Abdul Somad di Wakatobi, sebagai ketua panitia Dinul mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan tersebut.

Pada aksi-aksi kemanusiaan, Dinul juga menjadi yang terdepan bahkan saat ini dia diamanahi sebagai ketua DPD MRI (Masyarakat Relawan Indonesia) Wakatobi.

Dalam proses perkuliahan Dinul juga pro aktif terhadap program-program kampus, seperti pengajian mingguan, ta’ziyah dan kegiatan-kegiatan lainnya, proses perkuliahan dalam kelas juga dia ikuti dengan sangat baik begitupun dengan kewajiban-kewajiban yang di bebankan kepadanya semua dia kerja dan tuntaskan, sampai pada akhirnya mengantarkan dia untuk PPL, KKN dan Penelitian

Dinul Cahyawan juga aktif di organisasi kemahasiswaan, pada semester satu Dinul mulai mengikuti perkaderan di HMI setelah selasa masa percobaan (Anggota Biasa) dia mendapat amanah sebagai ketua bidang PPPA, saat ini dia mendapat amanah sebagai Sekretaris Umum di Komisariat Hijau Hitam Wakatobi cabang Baubau

Saat itulah Dinul di anggap sebagai pembangkang, pemberontak, orang yang merusak nama baik kampus dan berbagai macam tudingan profokatif, sekali lagi itu semua di karenakan paranoid pengelola kampus terhadap organisasi.(OPINI)