Tuntut Keterbukaan Pengelola Kampus, Demo di STAI Wakatobi Ricuh

84 views
Mahasiswa STAI Yang sedang unjuk rasa dibentrokan dengan Resimen Mahasiswa -Foto: Samidin/Suryametro.id

WANGI-WANGI, Suryametro.id – Aksi demonstran sejumlah mahasiswa yang menuntut keterbukaan pengelola kampus terkait Statuta berujung aksi saling dorong antara mahasiswi yang tergabung dalam Menwa dan masa aksi.

aksi yang digelar di depan kampus STAI Wakatobi, Senin (29/11/2021) ini mengakibatkan salah seorang Koordinator lapangan, Dinul Cahyawan harus menderita luka pukulan dibagian rahang bawah, hingga aksi demontrasi mahasiswa STAI Wakatobi terus berlanjut.

Salah satu orator aksi, Andrianto mengatakan, aksi unjuk rasa yang dilakukan di depan sekolah tinggi agama Islam ini guna menuntut keterbukaan pihak kampus terkait pedoman pengelolaan kampus yakni Statuta.

Selain itu, pihaknya juga meminta agar pengelola kampus tidak membatasi mahasiswa untuk ikut berorganisasi di luar kampus. Bukan hanya tentang larangan mahasiswa berorganisasi eksta, pengelola STAI juga melarang mahasiswa untuk melakukan aksi kemanusiaan seperti penggalangan dana.

“Kalau kami melakukan penggalangan dana disaat ada orang yang sakit dan membutuhkan biaya kami akan disebut oleh pengelola kampus sebagai pengemis,”ucap Andrianto.

Orator lainnya, Ane Safaruddin mengungkapkan, selain persoalan tidak adanya transparansi pengelolaan kampus, pengelola STAI Wakatobi diduga telah menggelapkan uang pembangunan kampus.

“Pasalnya selama 12 tahun ini uang pembangunan di STAI Wakatobi sama sekali tidak relevan dengan proses pembangunan gedung kampus, buktinya, di lahan yang sudah disiapkan belum ada sama sekali berdiri fondasi untuk pembangunan kampus,”ungkap mahasiswa jurusan hukum Islam tersebut.

Biaya wisuda yang terlalu mahal, juga dinilai penuh keganjalan, pasalnya, tidak ada rincian penggunaan uang tersebut yang diterangkan kepada seluruh mahasiswa calon diwisudawan.

“Kalau sudah seperti ini bagaimana kami bisa percaya dengan pengelola STAI Wakatobi, kami minta aturannya, tidak juga diberikan,”geramnya.

Masa aksi juga menilai, pengelolaan kampus dan dosen yang banyak diisi oleh pegawai negeri sipil hingga oknum Polisi dinilai tidak akan memaksimalkan pengelolaan kampus yang baik.

“Bagaimana bisa kampus dikelola dengan benar sedangkan rektornya saja adalah salah satu kepala dinas di Wakatobi, belum urus dinas bagaimana mau urus lagi dengan kampus,”ucap Korlap Dinul Cahyawan.

Reporter : Samidin