KOTA BAUBAU merupakan salah satu Kota Budaya yang terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara. Selain itu, Baubau juga banyak menawarkan potensi pariwisata yang tak kalah menarik untuk dinikmati. Begitu juga daerah-daerah tetangga yang berbatasan langsung dengan Kota Baubau seperti Kabupaten Buton, Buton Selatan dan Buton Tengah.
Untuk menarik para wisatawan berkunjung, tentunya perlu adanya infrastruktur yang memadai, terutama bandara. Keberadaan bandara sangat krusial bagi pengembangan daerah. Apalagi Bandara Betoambari yang terletak di Kota Baubau itu juga melayani penumpang dari daerah Kabupaten Buton, Buton Tengah dan Buton Selatan.
Intensitas penumpang yang tinggi, baik yang masuk dan keluar Kota Baubau belum ditunjang dengan transportasi udara yang memadai. Sampai saat ini, Bandara Betoambari baru melayani penumpang dengan menggunakan pesawat jenis ATR atau pesawat yang masih menggunakan baling-baling. Untuk mencapai ke Kota Baubau diluar dari Kota Makassar, para penumpang harus transit berkali-kali.
Memang untuk mendaratkan pesawat jenis boing atau airbus perlu landasan pacu yang lebih panjang dan lebih lebar dari ukuran saat ini. Landasan pacu Bandara Betoambari untuk saat ini baru sepanjang 1.800 meter. Sedangkan untuk mendaratkan pesawat berbadan lebar seperti boing dan airbus membutuhkan panjang landasan pacu 3.000 meter dengan lebar landasan 60 meter.
Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Ali Mazi sebenarnya telah mendapatkan pemaparan rencana induk pembangunan (Masteplan) landasan pacu Bandara Betoambari dengan panjang 2.500 meter oleh Kepala Bandara dalam lawatannya di Kota Baubau pada, Sabtu (30/1/2021). Hanya saja, menurut orang nomor satu di Sultra itu, panjang landasan 2.500 meter belum lah cukup, sehingga perlu ditambahkan lagi 500 meter.
“Bandara itu kan paling tidak sebetulnya harus 3.000 dan lebarnya 60 meter. Nah, itu yang akan kita upayakan. Kemarin saya sudah bersurat untuk panjang 2.500 lebarnya 45 meter, tapi tadi saya minta kepala Bandara untuk segera dirubah menjadi 3.000 biar bisa dilewati pesawat yang berbadan lebar,” katanya.
Dengan masuknya pesawat berbadan besar, lanjut Ali Mazi, nantinya jemaah haji juga tidak lagi harus menunggu lama untuk diberangkatkan menuju embarkasi Makassar untuk selanjutnya menuju Makkah menunaikan ibadah haji. Dengan pesawat berukuran besar, tentunya bisa langsung memuat jamaah haji dalam jumlah yang besar.
“Jadi harus dilewati airbus, sehingga jamaah haji bisa langsung berangkat dari sini,” tambahnya.
Usai mendengar penyampaian Ali Mazi, Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Betoambari Baubau, Nurul Anwar menjelaska dirinya sebelumnya telah menggelar rapat bersama Wali Kota Baubau sebelumnya Masterplan studi 2012 akan diubah Masterplan menjadi panjang 2.500 meter. Hanya saja, setelah mendengar permintaan Gubernur untuk ditingkatkan menjadi 3.000 meter tentu saja masih bisa dipertimbangkan.
Ia memaparkan, berdasarkan rencana awal masterplan 2.500 meter jumlah anggaran yang dipersiapkan diperkirakan berkisar Rp150 miliar. Itupun hanya untuk digunakan dalam proses pembebasan lahan. Sedangkan, untuk anggaran pembangunan juga memakan anggaran yang tak jauh berbeda dengan anggaran pembebasan lahan.
“Rencana awal masterplan 2.500 anggaran yang dipersiapkan berkisar 150 miliar untuk pembebasan lahan. Jika ditotalkan pembebasan dan pembangunan bisa mencapai 250 sampai 300 miliar. Tetapi yang akan meutuskan itu konsultan perencanaannya. Mereka yang akan menilai dan memberikan opsi misalnya 2.500 akan menghabiskan biaya sekian, dan jika 3.000 meter akan menghabiskan dana sekian,” paparnya.
Namun, apa yang menjadi rencana Gubernur untuk peningkatan panjang landasan pacu hingga 3.000 meter dan lebar 60 meter tidak ada masalah jika semua pihak, dari pemerintah kota, provinsi hingga kementerian sudah bersepakat. Jangankan panjang 3.000 meter, untuk panjang sampai 5.000 meter pun tak menjadi masalah, asal sudah ada kesepakatan semua pihak.
Dihadapan Gubernur, Anwar berharap lahan yang sudah masuk pada Masterplan 2.500 ataupun rencana Masterplan 3.000 agar tidak ada lagi pembangunan. Sehingga nantinya apa yang sudah disepakati semua pihak untuk pelaksanaan menjadi lebih mudah. Minimal, lahan yang sudah menjadi kesepakatan bersama bisa diberi tanda sebagai lokasi lahan rencana pembangunan.
Ditempat berbeda, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Sultra, Hado Hasina menjalaskan, kehadiran Gubernur, Ali Mazi di Bandara Betoambari untuk memastikan bahwa masterplan tentang rencana induk pengembanan Bandara Betoambari harus benar-benar dijalankan. Jika saat ini masih Bandara Betoambari masih didarati pesawat ATR, tidak menutup kemungkinan kedepan setelah dikembangkan dapat disinggahi oleh pesawat berbadan lebar.
“Kalau hari ini itu paling banter kan pesawat yang kecil atau ATR. Jadi, kemarin itu sudah clear semua bahwa kita butuh dana berapa, apa tanggung jawab pemerintah daerah dan apa tanggung jawab Kementerian Perhubungan dalam mengembangkan itu. Jadi, yang pasti kalau masterplan itu dia punya sisi darat pindah ke sebelah timur dari yang sebelah barat sekarang,” ungkapnya.
Mantan Pejabat Wali Kota Baubau itu mengatakan, guna memperlancar rencana tersebut, pihaknya telah berbagi tugas bersama pemerintah daerah dalam hal ini Pemkot Baubau yang menangani proses penyelesaian pembebasan lahan. Dalam proses tersebut tentunya akan banyak aset-aset Pemda dan aset-aset masyarakat yang harus dibebaskan.
“Setelah itu nanti Dirjen atau Pak Menteri harus kita minta komitmennya untuk bisa mengembangkan Bandara Betoambari sesuai dengan rencana,” tutupnya.
Advertorial