Kabupaten Buton Selatan (Busel) di Sulawesi Tenggara (Sultra), seyogyanya dikenal sebagai daerah dengan hasil alam yang berlimpah ruah. Tidak hanya di darat, hasil lautnya juga menjadi harapan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Lalu apa yang menjadi hambatan masyarakat untuk menuju kesejahteraan.? Inilah yang menjadi pekerjaan rumah kita saat ini untuk mencari tahu.
Dibeberapa kecamatan di Busel, seperti contohnya di Masiri, Kecamatan Batauga, hampir sebagian besar masyarakat disana memanfaatkan sumber daya alam (SDA), seperti mengumpulkan pasir, usaha pecah batu dan banyak lagi yang masuk dalam kategori penambangan liar. Dampaknya, tentu mengarah pada pencemaran lingkungan, rusaknya pesisir pantai yang setiap hari pasirnya diambil, bebatuan di dalam aliran sungai yang diambil membuat arus air lebih kencang karena tidak ada lagi penghalangnya sehingga bisa saja jadi penyebab banjir.
Karen itulah, pemerintah harus hadir mengatasi masalah ini. Sebagai pemegang kebijikan daerah, pemerintah dalam hal ini Bupati Buton Selatan harus membuat regulasi tentangan pelarangan penambangan liar itu.
Namun sayangnya, pemerintah dinilai tidak tegas dalam hal itu, bahkan terkesan ada indikasi pembiaran terlihat dari masih maraknya upaya penambangan liar yang tidak kunjung ditertibkan oleh pemerintah. Tidak sedikit para aktivis lingkungan hingga kalangan mahasiswa, terlihat geram karena banyaknya dampak negatif dari indikasi pembiaran itu.
Menyikapi banyaknya masalah tersebut, melalui sekolah aktivis gerakan muda Busel yang diketui La Ode Muhammad Aliyamin, perlahan menyadarkan masyarakat setempat. Dengan menyasar kalangan pelajar dan mahasiswa, sekolah aktivis tersebut perlahan mulai memberikan pemahaman pola dan trik peningkatan ekonomi masyarakat tanpa harus merusak lingkungan dan upaya pengawalan kebijakan daerah.
Gerakan Muda (Gema) Busel bakal memberikan ekukasi kepada masyarakat, tidak hanya di Kecamatan Batauga, namun perlahan akan menyisir seluruh kecamatan di Busel. Bahkan sebelum dipimpin Aliyamin, Gema Busel pernah menjadi kelompok mahasiswa yang diperhitungkan dalam mengawal kebijaka pemerintah. Saat itu, Gema Busel dipimpin La Ode Risky Satria Adi Putra.
Dikepemimpinan La Ode Muhammad Aliyamin, Gema Busel diharapkan kembali menjadi kelompok pemuda Busel yang bisa diperhitungkan kembali dalam mengawal seluruh kebijakan pemerintah disektor kemaritiman, pertanian, infrastruktur hingga pengembangan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Sebagai Anak yang lahir dari Desa Poogalampa, Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan, sudah waktunya Aliyamin dan seluruh anggota Gema Busel, untuk pulang kampung dan melihat berbagai perubahan yang terjadi, baik dari SDA hingga SDM. Sudah waktunya, yang muda turun tangan mengawal kebijakan pemerintah dari segala aspek.
(Wa Ode Rhevi Silviani A – Mahasiswa semester enam, Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Buton)