JAKARTA, suryametro.id – Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, jam kerja panjang menyebabkan 745.000 kematian akibat stroke dan penyakit jantung iskemik pada 2016.
Angka tersebut meningkat 29 persen sejak 2000. Tentunya penelitian ini memberikan bukti terkait korelasi antara jam kerja panjang dengan tingkat kematian seseorang.
Dokter sekaligus influencer kesehatan, dr. Muhamad Fajri Adda’I mengatakan, ia sepakat dengan publikasi yang diberikan WHO tersebut. Menurutnya penelitian tersebut sebenarnya memberikan evidence yang sangat kuat. Sebab, studinya besar, meta analisis berdasarkan puluhan studi, dan angkanya juga besar.
“Penelitian ini memang sudah banyak terbukti bahwa, kelelahan, kurang tidur, dan lain-lain meningkatkan risiko kardiovaskular dan kematian. Jadi memang begadang dari segi waktunya, itu memang risikonya tinggi. Itu sudah jelas sih, bukti-bukti sebelumnya memang sudah jelas,” terang dr. Fajri belum lama ini.
Menurut dr. Fajri, jam kerja yang lebih panjang memang berisiko lebih besar untuk terserang penyakit. Oleh sebab itu, para tenaga keja apapun, termasuk tenaga medis (Nakes) di masa pandemi Covid-19 harus benar-benar diatur.
“Karena berbahaya memang. Ini tanggapan saya yang pertama. Studi ini memvalidasi apa yang kita tahu selama ini yang semakin memperkuat evidence atau bukti,” tuntasnya.
(okezone.com)