LABUNGKARI, suryametro.id – Berikut sepenggal kisah Faisal seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang harus wafat di negeri orang, tepatnya di Negara Ekuador, Amerika Selatan.
Faisal merupakan seorang pemuda asal Kelurahan Boneoge, Kecamatan Lakudo, Kabupaten Buton Tengah (Buteng), Sulawesi Tenggara (Sultra) yang sangat gigi dan pekerja keras dan juga sebagai tulang punggung untuk keluarga.
Pemuda 31 tahun itu berasal dari keluarga sederhana, dia juga merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Selain itu, Faisal juga dinilai sebagi kepala keluarga yang menggantikan ayahnya, sebab harus menanggung biaya adik-adiknya bersekolah.
Hal ini dilakukan Faisal, karena sang ayah telah lama meninggal. Ia masih mempunyai seorang ibu, namun sudah berusia lanjut. Sehingga harus membuatnya menjadi tulang punggung keluarga.
Melihat kondisi keluarga dan tanggung jawab sebagai pengganti ayahnya. Pemuda asal Boneoge ini memutuskan merantau diluar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tepatnya pada 2016 silam, sebagai pekerja kapal ikan luar negeri.
Di mata keluarga, Faisal memiliki kepribadian dan akhlak yang baik, dia suka menolong sesama keluarga, serta memiliki sifat penyayang.
Tepat tanggal 8 Februari 2021, Faisal membawa berita duka untuk keluarga. Pemuda hebat itu dikabarkan meninggal dunia di usia yang masih terbilang muda, akibat terkena struk saat berlayar diperairan Negara Ekuador Amerika Selatan.
Berita duka itu, disampaikan Kementrian Luar Negeri (Kemenlu) melalui Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2Mi) Kota Kendari bahwa ada seorang pekerja yang meninggal dunia berasal dari Buteng Keluruhan Boneoge.
Saat media suryametro.id mengunjungi rumah duka, Senin (15/02/2021), ibunda maupun keluraga Faisal masih diselimuti suasana haru paska seminggu adanya kabar duka tersebut.
Ibu kandung Faisal, Aisya (54) kepada media ini menceritakan, adanya kabar duka tersebut membuatnya kaget dan belum percaya, anak pertamanya yang menjadi kebanggaan keluarga itu harus meninggal.
“Saya merasa tidak percaya bahwa anaku ini meninggal,” tuturnya dengan nada sedih.
Ia mengatakan, terakhir berkomunikasi bersama anaknya itu pada Desember 2020 yang lalu. Almarhum mengatakan, akan pulang ke kampung untuk melangsungkan pernikahan bersama calonnya.
“Saya ditelepon, dia katakan ibu jaga kesahatan, saya tidak lama lagi pulang ke Boneoge, setibanya di kampung ingin menikah dengan calonnya,” ucapnya menirukan kata anaknya.
Namun ternyata takdir berkata lain, ia sebagai orang tua harus merelakan anaknya meninggal. Mungkin ini sudah takdir anaknya meninggal ditempat perantauan.
“Saya pasrah, mungkin ini jalan terbaik untuk anaku yang di berikan Allah,” tutupnya dengan nada haru.
Reporter: Ahmad Subarjo
Editor: La Ode Muh. Abiddin