JAKARTA, suryametro.id – Ukraina dan Jepang telah menandatangani perjanjian pinjaman senilai US$100 juta atau sekitar Rp, 1,4 triliun. Kementerian Keuangan Ukraina, mengkonfirmasi hal ini pada Senin, 16 Mei 2022.
Seperti dilaporkan Reuters, uang pinjaman ini ditujukan untuk membantu dan mendukung kelompok rentan di Ukraina setelah invasi Rusia. Durasi pinjaman sekitar 30 tahun, termasuk masa tenggang 10 tahun.
Sebagai negara anggota kelompok tujuh atau G7, Jepang bersikap keras atas invasi Rusia ke Ukraina. Tokyo telah memberlakukan sejumlah sanksi, dengan yang terbaru di antaranya pembekuan aset individu Rusia hingga melarang ekspor sejumlah komoditas terhadap organisasi terafiliasi Moskow, termasuk lembaga penelitian ilmiahnya, yang diumumkan pada Selasa pekan lalu.
Dalam sebuah rapat virtual pada Minggu, 8 Mei 2022, negara-negara anggota G7 sepakat untuk menghentikan atau melarang impor minyak dari Rusia. Langkah itu dilakukan setelah Uni Eropa mengajukan proposal untuk menyingkirkan impor minyak dari Rusia per akhir tahun ini, namun sampai saat ini belum menemukan kesepakatan.
Bukannya tanpa hambatan, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dalam pernyataannya pekan lalu secara blak-blakan menyebut, menghapus ketergantungan minyak Rusia akan memakan waktu. Tokyo terus berkomunikasi dengan negara anggota G7 lain seperti Amerika Serikat, Jerman, Kanada, Inggris, Prancis, dan Italia soal kebijakan sanksi ini.
Menurutnya, Jepang akan menentukan sendiri waktu pengurangan atau penghentian impor sama sekali dari Rusia, dengan mempertimbangkan situasi aktual. Jepang, diakui Kishida, akan menggunakan waktunya untuk mengambil langkah-langkah menuju penghentian secara bertahap.
Kyodo News mewartakan, Jepang tak punya banyak Sumber Daya Alam (SDA) sehingga impor minyak mentah dari Rusia digunakan untuk mendiversifikasi SDA. Pada 2021, Rusia menyumbang sekitar 3,6 persen dari impor minyak Jepang.
Invasi Rusia ke Ukraina sekarang memasuki bulan ketiga. Sejak Moskow pertama kali bermanuver pada Februari 2022, perang telah merenggut ribuan nyawa warga sipil, membuat jutaan orang Ukraina mengungsikan diri, dan menghancurkan kota menjadi puing-puing.
Moskow menyebut tindakannya sebagai “operasi militer khusus” untuk melucuti senjata Ukraina dan melindunginya dari fasis. Ukraina dan Barat mengatakan tuduhan fasis tidak berdasar dan bahwa perang adalah tindakan agresi yang tidak beralasan.
Selama akhir pekan, Rusia menyerang posisi di timur Ukraina. Pada hari Minggu, 15 Mei 2022, pasukan Rusia berusaha untuk mengepung pasukan Ukraina dalam pertempuran untuk Donbas.
Sumber: Tempo.co