KENDARI, suryametro.id – PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi menyebutkan, di Sultra stok bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite mencapai 28.484 kilo liter yang tersebar di empat terminal di wilayah Sultra.
“Ketahanan stok BBM sampai 3 September 2022 jenis pertalite mencapai 28.484 kilo liter, rata-rata konsumsi mencapai 950 kilo liter, ketahanan 28 kali lipat,” kata Humas PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi Taufik Kurniawan, dikutip dari Antrasultra.com.
Selain pertalite, stok solar juga mencapai 11.700 kilo liter dengan rata-rata konsumsi 1.852 kilo liter dengan ketahanan enam kali lipat yang tersedia di Kota Kendari, Baubau, Kabupaten Kolaka dan Muna.
Menurut dia, tidak ada penambahan atau pun pengurangan stok BBM di saat pemerintah menaikkan harga BBM subsidi. Soal kebijakan penyesuaian harga BBM subsidi, lanjut dia, merupakan domain pemerintah, bukan ranah Pertamina.
“Sebagaimana teman-teman (awak media) pahami Pertamina hanya bertugas menyiapkan stok BBM untuk konsumsi masyarakat, tidak terkait dengan kebijakan BBM subsidi,” ujar dia.
Ia pun menegaskan, apabila ada SPBU yang tutup selama 1-2 jam setelah pengumuman kenaikan harga BBM, hal itu terjadi karena pihaknya sedang melakukan penyesuaian harga di dispenser dan totem SPBU.
“Kami sedang melakukan penyesuaian harga di dispenser dan totem SPBU menyesuaikan pengumuman dari pemerintah karena sama seperti masyarakat kami juga baru mengetahuinya. Pantauan kami seluruh SPBU sudah beroperasi normal,” katanya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyebut keputusan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) adalah pilihan terakhir pemerintah untuk mengurangi beban subsidi energi.
“Ini adalah pilihan terakhir pemerintah, yaitu mengalihkan subsidi BBM sehingga harga beberapa jenis BBM yang selama ini mendapat subsidi akan mengalami penyesuaian, dan sebagian subsidi BBM akan dialihkan untuk bantuan yang lebih tepat sasaran,” kata Presiden.
Kenaikan harga BBM bersubsidi pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter, solar bersubsidi dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter dan pertamax nonsubsidi dari Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter.
“Mestinya uang negara itu harus diprioritaskan untuk memberikan subsidi kepada masyarakat yang kurang mampu dan saat ini pemerintah harus membuat keputusan dalam situasi yang sulit,” ungkap Presiden. (Adm)